Jumat, 03 Juli 2009

THE SECRETS OF SUCCESSFUL LEADERSHIP

THE SECRETS OF SUCCESSFUL LEADERSHIP

[Menurut Kejadian 13:8-9]

OLEH YEFTA TAMPANI

Pendahuluan

Dalam tulisan ini akan mambahas “Rahasia Kepemimpinan yang Berhasil” dengan berpijak pada ketokohan Abraham menurut Kejadian 13:8-9. Pada prinsipnya Kejadian 12-22 membahas panggilan Abraham untuk menerima janji Allah dan bukan panggilan untuk memimpin bangsa Israel seperti Musa dan Yosua yang ditugaskan oleh Allah membawa bangsa Isarel keluar dari Mesir. Meskipun demikian, tugas Abaraham menurut Kejadian 13 dan 14 menunjuk pada suatu tugas ‘memimpin’. Kisah tentang Abraham menurut Kejadian 13 menekankan tipe seorang sebagai pemimpin yang unik. Dipertegas lagi dalam Kejadian 14 bahwa Abraham ‘memimpin’ (yaitu orang-orang yang berada di bawah asuhannya) untuk membebaskan Lot dari tawanan di Sodom. Tetapi kepemimpinan Abraham ini bersifat sporadis. Hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi yang sulit dan tidak diperkirakan sebelumnya. Keunikan kepemimpinan Abraham terletak pada keberhasilannya mengorganisir bawahannya (Kej.14:15), kesuksesannya meredam persoalan yang terjadi di tingkat internal keluarga (Abraham dan Lot), kesuksesannya menyelesaikan persoalan di tingkat eksternal keluarga (para budak-budak mereka) dan yang paling utama dari tugas Abraham adalah berhasil menerima realisasi janji Allah kepadanya (Kej.21).

Pembahasan kepemimpinan Abraham yang sporadis tapi unik menyangkut beberapa hal berikut ini: 1) Siapakah Abraham? 2) Dimanakah letak peranan Abraham sebagai seorang pemimpin? 3) Keunikan kepemimpinan Abraham. Dan pada akhir dari tulisan ini, akan disajikan kesimpulan dan aplikasinya bagi Gereja di masa kini.

I. Latar belakang Abraham

Kejadian 11:26 jelas menjadi bukti bahwa Abraham adalah anak dari Terah. Abraham mempunyai seorang isteri yaitu Sarai (ay.31). Sebelum Abraham dipanggil oleh Allah, Terah terlebih dahulu melakukan suatu tugas yang persis sama dengan rencana Allah bagi keluarganya secara khusus dan bangsa Israel secara umum yaitu membawa Abraham anaknya, Sara menantunya, dan Lot cucunya keluar dari Ur (barangkali sekarang ini Irag) ke Kanaan (Kej.11:31). Ada kesamaan antara tindakan Terah terhadap keluarganya dan tindakan Allah terhadap Abraham yaitu ‘meninggalkan’ daerah dimana mereka tinggal dan pergi ke ‘Kanaan’ (band.11:31 dan 12:1). Di sini kita mengetahui bahwa Allah lebih dahulu mempersiapkan Abraham sebelumnya untuk menerima janji-Nya. Alkitab tidak mencantumkan riwayat hidup Abraham secara detail mulai dari kelahirannya, karakternya sejak kecil sampai dewasa. Demikian juga wataknya tidak disampaikan secara rinci bagi kita. Tetapi informasi tentang bagaimana awal perjanjian Allah dan Abraham (Kej.12) sampai dengan puncak realisasi janji Allah kepada Abraham (Kej.21) cukup terwakilkan untuk menyimpulkan bahwa Abraham adalah seorang yang taat. Bahkan malaikat Tuhan sendiri memuji Abraham karena ketaatannya (Kej.22:18). Ia adalah seorang yang sungguh-sungguh beriman kepada Allah (Kej. 22:1-19). Karakter lain dari Abraham yang merupakan bukti dari ketaatan dan imannya kepada Allah akan di bahas dalam bagian ketiga ‘Keunikan kepemimpinan Abraham’.

II. Kepemimpinan Abraham bersifat sporadis

Kisah tentang Abraham dan Lot dalam kejadian 13:8-9 tidak dapat dilepaskan dari konteks perjanjian Allah dengan Abraham. Terah membawa Abraham dan isterinya Sarai serta Lot keponakannya dari Ur-Kasdim menuju Kanaan (Kej.11:31)[1]. Jelas bahwa janji itu mulai dikhususkan kepada pribadi tertentu saja yaitu kepada Abraham. Disamping itu, Allah juga memilih Kanaan sebagai tujuan akhir dari janji-Nya.

Abraham dan keluarganya berjalan dari Ur dan sampailah mereka di Betel sekitar tahun 1900 sM. Mereka telah melewati Babel, Haran, dan Sikhem. Daerah Ur berada di lereng gunung sebelah Timur sedangkan posisi topografi Haran lebih tinggi dari Ur. Dapat dibayangkan bahwa dari Ur ke Haran, Abraham berjalan mendaki. Tetapi ketika ia pergi ke Sikhem, ia berjalan menurun karena posisi kota itu berada di lereng gunung sebelah Barat. Lalu ke Mesir dan kembali lagi ke Sikhem[2].

Perjalanan Abraham bukan bersama-sama dengan satu bangsa yang besar. Fakta bahwa Abraham hanya pergi bersama dengan istrinya Sarai dan Lot keponakannya (Kej.11:31). Ketika mereka sampai di Mesir (Kej.12:10-20), Abraham diberkati oleh Firaun dengan harta yang banyak termasuk mendapat budak-budak. Barangkali mereka ini orang Mesir karena peristiwa ini terjadi di Mesir. Walaupun cara yang dilakukan oleh Abraham tidak berkenan kepada Allah yaitu membohongi raja bahwa Sarai itu saudaranya. Akan Tetapi ini tidak mengurangi klaim bahwa Abraham seorang yang taat dan beriman Allah.

Di sini kita dapat membayangkan bahwa Abraham menerima panggilan ‘untuk keluar’ yaitu menjalankan panggilan iman (Allah memanggilnya dengan maksud untuk menerima janji keselamatan kekal Allah). Namun dalam proses tersebut, Abraham melakukan tugas sebagai seorang pemimpin dalam keluarganya (dalam konteks yang lebih kecil), tetapi juga memimpin budak-budaknya (dalam konteks sedikit lebih besar). Kita tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah budak-budak mereka. Alkitab hanya mencatat bahwa jumlah ternak mereka dan budak-budak yang diperoleh ‘amat banyak’ (Kej.13:6) sehingga mereka tidak bisa tinggal bersama-sama dalam satu daerah. Dalam Kejadian 14, kita juga menemukan bahwa Abraham harus bertindak sebagai seorang pemimpin atas satu kelompok orang yang berjumlah 318 orang. Jumlah ini setingkat 1,5 kompi. Dan orang-orang yang dipimpinnya adalah orang-orang yang sudah terlatih (Kej.14:14). Sedangkan kita tahu bahwa Abraham bukan seorang yang dilatih khusus untuk berperang namun dia memimpin orang-orang yang terlatih. Ada indikasi bahwa Abraham memiliki kemampuan memimpin secara otodidak dalam perang. Buktinya hanya dengan 318 orang mereka dapat mengalahkan Kedorlaomer, raja Elam bersama pasukannya yang sangat mahir dalam hal berperang. Kemampuan Abraham dalam hal ini akan dibahas dalam bagian ketiga.

Perlu digarisbawahi di sini bahwa kepemimpinan Abraham di sini hanya bersifat sporadis. Artinya ketika dalam proses perealisasian janji Allah melalui dirinya, Abraham diperhadapkan dalam suatu situasi dan kondisi yang ‘mau tidak mau’ ia harus bertindak sebagai pemimpin untuk menyelesaikan konflik atau persoalan yang terjadi. Perintah sesungguhnya yang ia terima adalah keluar dari Ur dan pergi ke Kanaan. Di dalam perjalanan itulah terjadi persoalan-persoalan di tingkat eksternal (luar) yang kemungkinan besar akan menggagalkan apa yang ia nanti-nantikan selama bertahun-tahun dan yang menjadi fokus perhatiannya yaitu menerima janji Allah.

III. Keunikan kepemimpinan Abraham

Pertanyaan yang mengawali pembahasan bagian ini adalah mengapa kepemimpinan Abraham disebut unik. Menurut kamus bahasa Indonesia, unik artinya berbeda dengan yang lainnya; lain daripada yang lain[3]. Dimanakah letak perbedaan kepemimpinan Abraham dengan pemimpin-pemimpin yang lain? Berikut ini akan dijelaskan 3 aspek kepemimpinan yang dimiliki oleh Abraham menurut Kejadian 13:8-9 yakni: 1) Type of leadership atau tipe kepemimpinan Abraham, 2) Approaches of solving problem atau pendekatan-pendekatan Abraham dalam pemecahan masalah 3) Main Focus atau fokus utama Abraham.

Pertama-tama akan dijelaskan teks utama yang menjadi dasar pijak dari keseluruhan pembahasan topik ini yaitu Kejadian 13:8-9. Di bawah ini adalah kutipan isi Kejadian 13:8b-9 dalam tiga versi terjemahan dengan maksud untuk memperlihatkan perbandingan arti dari setiap ungkapan [bagian kata atau kalimat yang dipertebal] yang akan dibahas dalam tulisan ini. Ketiga versi terjemahan itu antara lain:

A. Dikutip dari Alkitab terjemahan baru LAI

“…Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku [Abraham] dan engkau [Lot], dan antara para gembalaku [gembala-gembala Abraham] dan para gembalamu [gembala-gembala Lot] sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau [Abraham berkata kepada Lot]? Baiklah pisahkanlah dirimu dari padaku [Abraham berkata kepada Lot]; Jika engkau [Lot] ke kiri, maka aku [Abraham] ke kanan; jika engkau [Lot] ke kanan, maka aku [Abraham] ke kiri”

B. Dikutip dari Alkitab terjemahan lama LAI

“…janganlah kiranya jadi perbantahan antara aku [Abraham] dan dikau [Lot] dan antara gembalaku [gembala Abraham] dengan gembalamu [Lot], karena kita ini [Abraham dan Lot] bersaudara. Bukankah sekalian tanah ini dihadapanmu [kata Abraham kepada Lot]? Berasinglah kiranya engkau [Lot] dari padaku [Abraham]. Jikalau engkau [Lot] pergi ke sebelah kiri, maka aku [Abraham] pergi ke sebelah kanan kelak, dan jikalau engkau [Lot] pergi ke sebelah kanan, maka aku [Abraham] pergi ke sebelah kiri”.

C. Dikutip dari Alkitab bahasa Inggris terjemahan NIV

“…Let’s not have any quarreling between you [Abraham] and me [Lot], or between your herdsmen [Lot’s herdsmen and Abraham’s herdsmen], for we are brothers. Is not the whole land before you [Abraham said to Lot]? Let’s part company. If you [Lot] go to the left, I’ll [Abraham] go to the right; if you [Lot] go to the right, I’ll [Abraham] go to the left”.

Abraham bersama keluarganya dan semua budak-budaknya meninggalkan Mesir dan pergi ke Kanaan sesuai dengan perintah yang ia terima dari Allah. Ketika mereka sampai di Betel, mereka mendirikan kemah di sana. Rupanya tempat itu tidak cukup luas untuk tinggal bersama sebab ternak dan budak mereka cukup banyak (Kej.12:16). Akibatnya terjadi percecokan antara para gembala Abraham dan gembala-gembala Lot. Abraham melihat hal ini sebagai masalah yang dapat mengancam hubungan kekerabatannya dengan Lot. Abraham tidak ingin membiarkan masalah ini meluas. Oleh sebab itu Abraham segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan pertikaian itu[4].

Abraham mengawali percakapannya dengan berkata kepada Lot demikian “janganlah kiranya ada ‘perkelahian’ antara aku [Abraham] dan engkau [Lot], dan antara para gembalaku [gembala-gembala Abraham] dan para gembalamu [gembala-gembala Lot]” (ay 8b). Dari tiga versi terjemahan di atas, kita menemukan tiga kata yang dipakai berbeda-beda untuk menyebut persoalan yang terjadi yaitu ‘perkelahian’ ‘perbantahan’ dan ‘quarreling’. Menurut kamus besar bahasa Indonesia[5], kata ‘perkelahian’ memiliki perbedaan arti dengan kata ‘perbantahan’. Perkelahian artinya pertengkaran dengan adu kata-kata dan adu tenaga. Sedangkan Perbantahan berarti pertengkaran; percecokan; memperebutkan sesuatu; memperdebatkan; penentangan dengan mulut; perselisihan. Dalam terjemahan bahasa Inggris, kata yang dipakai adalah ‘quarreling’[6]. Perkelahian lebih tepat di terjemahkan ‘boxing’ atau ‘fighting’ sedangkan perbantahan lebih tepat diterjemahkan ‘quarreling’. Perbantahan memiliki sinonim dengan quarreling. Bakker dalam bukunya “Sejarah Kerajaan Allah 1”, memakai kata ‘percecokan’ untuk menjelaskan masalah yang terjadi antara para gembala Abraham dan gembala Lot. Percecokan itu jangan sampai terjadi antara Abraham dan Lot[7]. Kata percecokan sinonim dengan perbantahan dan quarreling. Pertanyaannya: Kata manakah yang lebih tepat dipakai sehingga artinya mendekati kebenaran sesungguhnya dari peristiwa ini. Apakah perkelahian atau perbantahan. Mungkin kita mendekati masalah ini dengan cara menghubungkan kasus ini dengan maksud dari usulan yang disampaikan oleh Abraham kepada Lot. Pada prinsipnya usulan Abraham bersifat pencegahan terhadap masalah agar tidak meluas. Jika kita analisa baik-baik kata perbantahan dan perkelahian, keduanya memiliki tingkatan resiko yang berbeda tetapi sama-sama memberikan dampak negatif bagi hubungan sosial yang baik. Perkelahian dapat memberikan efek kepada masing-masing person yang berkelahi baik dari dalam hati maupun secara fisik berupa luka, memar pada tubuh bahkan bisa sampai pada korban jiwa. Tapi pertengkaran hanya menimbulkan sakit hati. Abraham tidak mau membiarkan hal-hal yang tidak baik seperti perbantahan atau perkelahian terjadi apalagi merusak hubungan kekerabatan mereka. Bandingkan dengan Yakobus 2:21-23 dan Ibrani 11:8-9. Jadi dapat disimpulkan bahwa persoalan yang terjadi baru dalam tingkat perbantahan dan belum sampai pada tingkat perkelahian. Hal ini sesuai dengan atau “dispute”, “quarrel"[8] demikian Abraham berusaha untuk mencegah perbantahan yang terjadi.

Abraham memilih suatu ungkapan yang bersifat persuasif dalam menyampaikan maksud hatinya kepada Lot. Dia berkata ‘janganlah kiranya…”. Menurut Tata Bahasa Indonesia, kata ‘jangan’ dipakai dalam kalimat larangan. Kalimat larangan menurut buku Tata Bahasa Indonesia digolongkan dalam kalimat imperatif. Kalimat imperatif atau perintah menurut isinya dapat diperinci menjadi 6 golongan yaitu: (1) Perintah atau suruhan biasa (2) Perintah halus (3) Permohonan (4) Ajakan dan harapan (5) Larangan atau perintah negarif (6) Pembiaran[9].

Maksud yang disampaikan oleh Abraham kepada Lot termasuk dalam bentuk larangan. Tetapi Abraham memilih kata ‘janganlah’ untuk menjelaskan kepada Lot bahwa tindakan perbantahan itu tidak baik di mata Allah. Barangkali dapat diduga bahwa Abraham tentu berpikir apakah suatu masalah tidak bisa diselesaikan secara damai tanpa harus bertengkar? Tetapi Abraham tidak hanya memakai ‘jangan’ sebab hal itu sifatnya memerintah dengan penuh otoritas. Perintah itu merupakan keharusan bagi pelaksana. Contohnya 10 hukum Taurat, Allah menegaskan larangannya sebagai suatu kewajiban ketaatan. Abraham sadar bahwa dia bukan Allah yang berhak memberikan suatu perintah yang menuntut ketaatan yang mutlak tanpa komentar. Abraham juga menyadari bahwa dirinya sama dengan Lot. Untuk itu, Abraham tidak memakai kata ‘jangan’ untuk menghindari anggapan ‘memerintah’ Lot dalam menyampaikan usulannya. Meskipun ia dianggap sebagai yang dituakan atau yang memimpin, dia tidak mau memakai kesempatan itu untuk bertindak semaunya dalam mengambil keputusan. Hak prerogatif Abaraham disampaingkan dan ia selalu mempertimbangkan perasaan Lot sebagai ‘yang utama’ agar jangan sampai ia sakit hati.

Perasaan Lot mendapat perhatian khusus dari Abraham sebab mereka berdua kerabat. Dan mereka bersama-sama sejak meninggalkan Ur. Tetapi karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan lagi bagi mereka untuk tinggal bersama-sama, maka sekarang Lot harus memisahan diri dengan Abraham. Barangkali dapat dibayangkan perasaan Abraham sebagai ‘orangtua’. Tentu saja ia merasakan bagaimana perasaan hati Lot yang akan tinggal sendiri di tempat yang asing. Untuk memahani situasi ini, kita bisa membayangkan apabila seorang ayah dan ibu mengantar anaknya ke pelabuhan. Bayangkan saja bagaimana perasaan mereka terhadap anaknya saat kapal hendak berangkat. Abraham memahami persis keadaan hati Lot untuk itu ia memilih suatu bentuk usulan yang halus: ‘janganlah’. Lalu Abraham menutup usulannya itu dengan berkata “sebab kita ini kerabat” (ayat 8). Kata yang dipakai untuk menyebut hubungan antara Abraham dan Lot dalam tiga versi terjemahan di atas adalah ‘bersaudara’, ‘kerabat’ dan ‘brothers’. Sebenarnya kata saudara dan kerabat memiliki arti yang berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, saudara artinya orang yang seibu dan seayah. Sedangkan kerabat artinya keturunan dari induk yang sama; mempunyai hubungan keluarga; keluarga berdasarkan hubungan darah[10]. Istilah saudara diterjemahkan brothers dalam bahasa Inggris sedangkan kerabat diterjemahkan relative. Dapat disimpulkan bahwa Abraham dan Lot adalah kerabat dekat dan bukan saudara kandung. Selanjutnya dalam tulisan ini akan dipakai istilah kerabat.

Munculnya ungkapan “sebab kita ini kerabat” menunjukkan bahwa yang menjadi prioritas utama bagi Abraham adalah ‘persaudaraan’ yang berpusat pada kasih bukan pada masalah perbantahan. Meskipun ada masalah, tetapi kasih persaudaraan itu jangan sampai hancur. Oleh sebab itu Abraham berusaha menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang santun sehingga tidak menimbulkan masalah baru bagi hubungan persaudaraan mereka. Abraham bisa saja memakai status dan kekuasaannya untuk mengambil tindakan tanpa harus mengajukan usul kepada Lot sebab dia yang tertua dan mendapat panggilan dari Allah. Ini adalah hak yang istimewah. Di sinilah letaknya penekanan dari Abraham terhadap ‘persaudaraan’ itu sebagai sesuatu yang sangat penting.

Abraham mengawali usulannya dengan berkata ‘jangalah’ lalu ia menempatkan kata ‘kiranya’ setelah janganlah untuk memperhalus permintaannya kepada Lot. Dalam versi bahasa Inggris, ungkapan ini diterjemahkan ‘let’s not have any…’. Let’s adalah singkatan dari let yang berarti biarkan atau biarlah; marilah; dan baiklah. Apostrope ‘s’ setelah let adalah singakatan dari ‘us’ artinya ‘kita’. Let dipakai untuk menyatakan suatu usulan. Dalam bahasa Indonesia kata yang cocok untuk suatu usulan adalah ‘kiranya’.

Penggunaan partikel-lah dan kiranya di sini sebagai suatu bentuk persuasif yang bersifat halus dengan tujuan ‘mengajak’ dan menghindari maksud ‘memerintah’. ‘Janganlah’ adalah kata yang mengandung arti suatu ajakan yang halus kepada orang lain yang memiliki arti sama dengan ‘kiranya’. Hanya saja, kata kiranya mengandung arti suatu harapan besar dibalik usulan atau undangan yang disampaikan untuk dilakukan. Dalam ungkapan ‘janganlah kiranya’ tidak berarti Abraham melakukan suatu tindakan pemborosan kata, melainkan ia mencoba menunjukkan suatu perasaan ‘kasih’ yang sangat dalam sebagai orangtua terhadap siapa saja termasuk Lot keponakannya dengan tidak memaksakakan kehendaknya. Abraham mengharapkan suatu respon dari Lot yang didasarkan atas pilihannya sendiri dan sama sekali tidak bermaksud untuk memutlakan keinginannya kepada Lot meskipun apa yang ia tawarkan itu sangat baik. Abraham dalam kisah ini, sungguh-sungguh mengesampingkan fungsi dan jabatannya dan mengedepankan kasih sebagai yang mutlak.

Setelah ajakan Abraham disampaikan kepada Lot, ia mulai menyampaikan maksud yang sesungguhnya. Ada tiga versi kalimat yang dipakai dalam terjemahan dari LAI dan NIV. Ketiga versi itu antara lain “bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau?”; “bukankah sekalian tanah ini dihadapanmu?’; “Is not the whole land before you?”. Ketiga bentuk ungkapan ini sama-sama mengandung arti bahwa Lot juga memiliki hak atas negeri dimana mereka tinggal. Dan Abraham mempersilahkan Lot untuk memilih sesuai dengan keinginannya. Abraham tidak mengklaim bahwa negeri itu menjadi miliknya sendiri dan Lot tidak memiliki hak sama sekali. Kita tidak menemukan kalimat seperti berikut ini “tanah di seluruh negeri ini milikku”. ‘Ku’ berfungsi sebagai objek untuk orang pertama tunggal. Objek berupa pronomina [personal pronoun] yang dipakai dalam ketiga kalimat di atas adalah ‘mu’, ‘engkau’ dan ‘you’. Ketiga-tiganya adalah orang kedua tunggal. Dalam kisah ini Abraham bertindak sebagai orang pertama dan Lot sebagai orang kedua. Jelas bahwa ini ditujukan kepada Lot semata-mata. Lagi-lagi disini Abraham mencoba untuk meyakinkan Lot sebelum ia menyampaikan ajakannya dengan memberikan suatu alasan yang dapat membuka paradigma Lot dalam mengambil suatu keputusan terhadap ajakannya. Abraham tidak sekedar menawarkan ajakan, tetapi ia memberikan suatu argumentasi yang sifatnya tidak menjebak. Argumentasi Abraham dimaksudkan supaya Lot tidak berprasangka negatif kepadanya. Abraham tidak mempertahankan haknya sebagai yang terutama tetapi mengedapankan hak Lot. Ungkapan ini juga mengandung arti suatu niat baik dari Abraham untuk memberikan suatu ajakan yang tidak bersifat paksaan untuk mengusir Lot begitu saja. Abraham memberikan kesempatan kepada Lot untuk menentukan yang terbaik baginya. Terlihat dengan jelas sekali setelah ajakan diungkapkan, Abraham langsung memberikan pilihan kepada Lot “jika engkau [Lot] ke kiri, maka aku [Abraham] ke kanan; jika engkau [Lot] ke kanan, maka aku [Abraham] ke kiri” (ay.9). Sekarang Lot mulai memilih (ay.10) sebab memang Abraham dengan tulus hati menyampaikan ajakannya itu dan Lot telah memahami isi hati Abraham. Ada satu kata yang ditambahkan oleh Abraham sebelum memberikan pilihan itu kepada Lot. Ketulusan hati Abraham kepada Lot terbukti saat ia membebaskan Lot dari tawanan di Sodom (Kej.14). Dalam ketiga terjemahan di atas memakai tiga kata yang berbeda yaitu ‘pisahkanlah’, ‘berasinglah’ dan ‘Let’s part company’. Pada prinsipnya, Abraham berpendapat bahwa masalah perbantahan itu disebabkan oleh sempitnya daerah dimana mereka tinggal. Otomatis, solusi yang diambil oleh Abraham bukan dengan cara mengajarkan ‘Spiritual Formation’ [pembentukan kepribadian atau karakter] kepada para gembala mereka. Hal itu tidak salah tapi tidak menyelesaikan masalah. Solusi yang terbaik adalah berpisah dengan alasan menemukan ruang yang cukup yaitu cukup makanan, cukup untuk beristirahat, dan lain sebagainya bagi ternak-ternak mereka.

Hal ini mengingatkan kita bagaimana suatu masalah diselesaikan secara arif dan bijksana sehingga tidak menimbulkan masalah baru. Solusi yang kita pilih terhadap suatu masalah menentukkan kemampuan kita. Seberapa jauh penguasaan kita terhadap masalah itu? Tepat tidak keputusan yang diambil? Sejauhmanakah kedekatan kita dengan Allah sebagai sumber hikmat itu? Sekarang persoalan yang dihadapi oleh Abraham terhadap kebijakannya menyuruh Lot untuk memisahkan diri dengannya adalah masalah sakit hati atau kebencian. Abraham dengan hati-hati dan penuh pertimbangan dalam mengambil tindakan. Dengan kata lain, tindakan Abraham ini berpotensi menimbulkan sakit hati dari Lot. Meskipun demikian, dengan berat hati ia harus melakukan tindakan itu. Apakah di sini Allah mau memperjelas janji itu kepada Abraham bahwa janji-Nya itu dikhususkan baginya? Kita tidak dapat memastikannya. Tapi yang pasti bahwa Lot harus memisahkan dirinya dengan Abraham sebab itu solusi yang terbaik. Di sini juga mengingatkan kita bahwa pada saat kita mengambil keputusan, ada resiko yang siap menghadang. Jadi bagaimana sikap kita mengatasi resiko tersebut? Sekali lagi Abraham tetap memprioritaskan ‘kesatuan dalam kasih’ dan nampak dari ungkapan yang dipakai Abraham.

Kata ‘berasinglah’ dan ‘pisahkanlah’ adalah dua kata yang tidak memiliki perbedaan arti yang menonjol. Pada prinsipnya kedua kata ini memiliki arti sama. Pisahkanlah dirimu berarti mengasingkan diri dari orang lain. Kedua kata ini diterjemahkan ‘Let’s part company dalam bahasa Inggris yang juga memiliki arti yang sama dengan pisahkanlah dan juga berasinglah.

Dari sisi etika, Lot seharusnya memberikan kesempatan pertama kepada Abraham sebagai yang tertua untuk memilih meskipun Lot dipersilahkan memilih terlebih dahulu. Namun, Lot mengesampaikan hal itu. Jelas bahwa Lot adalah tipe orang yang serakah, dan selalu kuatir. Barangkali Abraham sudah mengenal sifat Lot oleh sebab itu ia tidak mau menyebabkan muncul masalah baru hanya karena suatu hal yang sepeleh.

Jadi, teks Kejadian 13:8-9 terdiri dari 3 bagian penting yaitu:

  1. Kalimat pembuka ‘introduction’. Yang disampaikan dalam bentuk ajakan halus dengan tujuan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan ‘preventive action’ [Kej.13:8].
  2. Inti pesan ‘core of the message’. Disampaikan dalam bentuk argumentasi yang bertujuan memberikan suatu harapan bahwa tawaran itu tidak mencelakakan sekaligus memberikan peluang untuk memilih terlebih dahulu [Kej.13:9a].
  3. Penutup pesan ‘closing’. Berupa ajakan untuk memilih sebab tidak ada maksud negative di dalamnya dan mempersilahkan Lot untuk memilih salah satu diantara pilihan itu [Kej.13:9b]. Dalam ayat berikutnya Lot langsung memilih [ay 10].

IV. Kesimpulan

Dari pembahasan teks Kejadian 13:8-9 dapat disimpulkan bahwa tipe kepemimpinan Abraham dapat disebut unik karena memiliki ciri khas yang membedakannya. Berdasarkan penggolongan tipe kepemimpinan menurut Bendiktus Sihotang, STP.[11], maka kepemimpinan Abraham dapat dikategorikan sebagai ‘tipe zealots’ yaitu memiliki visi, bersemangat terhadap perbaikan, mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri, pejuang yang gigi, bersedia menghadapi tantangan, jujur dan bersikap adil. Abraham juga dapat disebut sebagai ‘participative leader’ yaitu menjunjung tinggi demokrasi, memandang orang lain sebagai yang termulia, penuh persuasi, dan memberikan contoh, memperhatikan perasaan pengikutnya, senang menerima saran, pendapat atau kritik, musyawarah menjadi hal yang sangat penting, memberikan kebebasan kepada bawahannya untuk bertindak, membuat pengikutnya sukses. Dia juga dapat disebut sebagai ‘tipe sosial’ yakni tujuan akhirnya adalah keberhasilan orang lain, ramah, simpatik, dan tidak mementingkan diri sendiri. Keberhasilan Abraham ditentukan oleh fokusnya terhadap panggilan yang ia terima. Abraham melakukan berbagai macam cara hanya untuk mencapai tujuannya. Berbagai tipe yang melekat pada kepemimpinan Abraham dapat disimpulkan dengan satu istilah yang sangat terkenal ‘kasih’. Abraham adalah pemimpin yang mengasihi. Karena kasih, Abraham taat sampai janji Allah dinyatakan. Karena kasih, Abraham mengesampingkan haknya dan mengutamakan hak Lot. Karena kasih, Abraham mempersilahkan Lot memilih terlebih dahulu. Karena kasih, Abraham merendahkan dirinya kepada Lot. Karena kasih, Abraham membebaskan Lot dari tawanan. Abraham mengenal dengan pasti kasih yang sebenarnya sehingga ia benar-benar menyatakan kasih itu dalam dirinya melalui tugas yang dipercayakan oleh Allah kepadanya. Abraham adalah ‘tipe pemimpin yang mengasihi’. Kejadian 14:18-20 menyaksikan bahwa Abraham diberkati oleh raja Selem karena ia telah berhasil mengemban suatu tugas yang mulia. Perjalanan kehidupan Abraham penuh dengan berkat karena mengenal dengan pasti siapa Tuhan yang ia percayai. Gereja masa kini membutuhkan pemimpin seperti Abraham dalam mengemban tugas Agung Tuhan Yesus Kristus. Pemimpin yang mengenal Tuhan dengan pasti yakin bahwa ia akan membawa umatnya sampai memasuki tanah Kanaan.



[1] [1] The New Bible Commentary (terjemahan), YKBK, 1983, 99

[2] [2] Jenkins Simon Peta Alkitab, YKBK, 2008, 19

[3] Ahmad A.K. Muda, Drs. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Realita Publisher, 2006

[4] [4] Bakker F.L, Sejarah Kerajaan Allah 1, BPK, 1965, 110

Antara gembala ternak Abraham dan gembala ternak Lot selalu ada percecokan mengenai padang rumput yang baik dan tentang sumur-sumur yang perlu untuk memberi minum ternak. Percecokan sedemikian itu akan menimbulkan bahaya bagi Abraham dan Lot.

Itulah sebabnya Abraham mengusulkan kepada Lot, supaya mereka berpisah. Abraham dan Lot bersaudara; mereka harus hidup dalam damai; lebih baik mereka berpisah sekarang sebelum mereka ikut berselisih sebagai akibat perselisishan antara gembala mereka terus menerus.

[5] [5] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1969, 78 & 929

[6] [6] Oxford Learners Dictionary

[7] [7] Antara gembala ternak Abraham dan gembala ternak Lot selalu ada percecokan mengenai padang rumput yang baik dan tentang sumur-sumur yang perlu untuk memberi minum ternak. Percecokan demikian ini akan menimbulkan bahaya bagi Abraham dan Lot.

[8] William L. H., A Concise Hebrew and Aramic Lexicon of the Old Testament, 1988, 338

[9] [9] Alwi Hasan, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2003, 353

[10] [10] Kamus Besar Bahasa Indonesia, 423 & 788

[11] Benediktus Sihotang, STP, Tipe-Tipe Pemimpin, Minggu 19 April 2009 (media online)

1 komentar:

  1. Custom titanium earrings & embroidery | TITNIA's
    TINIAN RAZOR ROWINGS. The titanium nipple barbells premium 3rd and 4th layer of fabric is unique to the classic Egyptian design that titanium ring is authentic and titanium wallet woven titanium shift knob around gaggia titanium the

    BalasHapus